Kamis, 25 Agustus 2016

Dars 12 - Tashrif Fi'il Amar & Fi'il Nahiy



بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ


DARS 12 - Tashrif Fi'il Amar & Fi'il Nahiy


Fi'il Amar

Bab 1 ➡ U-U

Contoh:
أُفعُل ↔ أُكتُب


Bab 2 ➡ I-I

Contoh:
إِفعِل ↔ إِضرِب


Bab 3 ➡ I-A

Contoh:
إِفعَل ↔ إِفتَه


Bab 4 ➡ I-A

Contoh:
إِفعَل ↔ إِعلَم


Bab 6 ➡ I-I

Contoh:
إِفعِل ↔ إِحسِب


Bisa lihat "rumus sakti" untuk mempermudah.


Biasanya, untuk membuat kata perintah di Bab 5 adalah dengan menggunakan tambahan كُن (jadilah!).
Contoh:
كُن حَسَنًا (jadilah orang baik)



Fi'il Nahiy 

Bab 1 ➡ A-U

Contoh:
لَاتَفعُل ↔ لَاتَكتُب


Bab 2 ➡ A-I

Contoh:
لَاتَفعِل ↔ لَاتَضرِب


Bab 3 ➡ A-A

Contoh:
لَاتَفعَل ↔ لَاتَفتَه


Bab 4 ➡ A-A

Contoh:
لَاتَفعَل ↔ لَاتَعلَم


Bab 6 ➡ A-I

Contoh:
لَاتَفعِل ↔ لَاتَحسِب


Bisa lihat "rumus sakti" untuk mempermudah.


Tambahan: 
Isim Zaman, Isim Makan, dan Isim Alat
Tidak semua kata kerja memiliki bentuk isim zaman (nama waktu), isim makan (nama tempat), dan isim alat (nama alat).

✏ Isim Zaman 

Rumus: مَفعِلٌ
Contoh:
وَلَدَ ↔ مَولِدٌ (waktu kelahiran)
وَعَدَ ↔ مَوعِدٌ (waktu yang dijanjikan)


✏ Isim Makan 

Rumus:
مَفعَلٌ 
مَفعِلٌ
مَفعَلَةٌ

Contoh:
سَجَدَ ↔ مَسجِدٌ (masjid)
كَتَبَ ↔ مَكتَبٌ (kantor)
لَعِبَ ↔ مَلعَبٌ (tempat bermain)
دَرَسَ ↔ مَدرَسَةٌ (sekolah)
حَكَمَ ↔ مَحكَمَةٌ (pengadilan)


✏ Isim Alat

Rumus: مِفعَلَةٌ / مِفعَلٌ
Contoh:
مَسَحَ ↔ مِمسَحَةٌ (penghapus)
سَطَرَ ↔ مِسطَرَةٌ (penggaris)
ضَرَبَ ↔ مِضرَبٌ (raket)



  بَارَكَ اللّٰهُ فِيْكُمْ وَمَعَكُمُ النَّجَاحُ وَ جَاهِدُوْا

 

Dars 11 - Tashrif Mashdar, Isim Fa'il, & Isim Maf'ul

 
 

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

 

 

DARS 11 - Tashrif Mashdar, Isim Fa'il, & Isim Maf'ul

 

Mashdar

Mashdar bersifat sama'iy, artinya tidak memiliki wazan yang baku atau mengikuti pemakaian orang Arab pada umumnya. Salah satunya cara untuk mengetahui bentuk mashdar dari suatu kata adalah dengan menghafalnya.
Contoh:
كَتَبَ ↔ كِتَابَةً (tulisan) 
 
*Lihat lampiran macam-macam pola untuk mashdar 
 

Isim Fa'il

Wazan isim fa'il untuk setiap bab tsulatsy mujarrad adalah sama yaitu mengikuti bentuk فَاعِلٌ.
Contoh:
كَتَبَ ↔ كَاتِبٌ
قَتَلَ ↔ قَاتِلٌ 
 
Bab 5 tidak memiliki bentuk isim fa'il, akan tetapi memiliki bentuk yang disebut dengan sifat musyabbahah yaitu kata sifat yang diserupakan dengan isim fa'il.
Contoh:
حَسُنَ ↔ حَسَنٌ = زَيدٌ حَسَنٌ 
 

Isim Maf'ul

Wazan isim maf'ul untuk setiap bab adalah sama yaitu mengikuti bentuk مَفعُولٌ.
Contoh:
كَتَبَ ↔ مَكتُوبٌ
نَظَرَ ↔ مَنظُورٌ 
 
Dikarenakan semua fi'il Bab 5 adalah fi'il lazim, maka fi'il-fi'il Bab 5 tidak memiliki bentuk isim maf'ul. Namun, terdapat beberapa fi'il lazim yang isim maf'ul-nya boleh digunakan yaitu apabila ditambahkan huruf-huruf jar. Contoh: أَلمَجلُوسُ عَلَى

 

بَارَكَ اللّٰهُ فِيْكُمْ وَمَعَكُمُ النَّجَاحُ وَ جَاهِدُوْا

 

Dars 10 - Tashrif Fi'il Madhy & Fi'il Mudhari



بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ



DARS 10 - Tashrif Fi'il Madhy & Fi'il Mudhari


Tashrif Fi'il Madhy & Fi'il Mudhari 

Bab 1 ➡ A-U

Contoh:
فَعَلَ ↔ كَتَبَ (A)
يَفعُلُ ↔ يَكتُبُ (U)


Bab 2 ➡ A-I

Contoh:
فَعَلَ ↔ ضَرَبَ (A)
يَفعِلُ ↔ يَضرِبُ (I)


Bab 3 ➡ A-A

Contoh:
فَعَلَ ↔ فَتَهَ (A)
يَفعَلُ ↔ يَفتَهُ (A)


Bab 4 ➡ I-A

Contoh:
فَعِلَ ↔ عَلِمَ (I)
يَفعَلُ ↔ يَعلَمُ (A)


Bab 5 ➡ U-U

Contoh:
فَعُلَ ↔ صَلُحَ (U)
يَفعُلُ ↔ يَصلُحُ (U)


Bab 6 ➡ I-I

Contoh:
فَعِلَ ↔ حَسِبَ (I)
يَفعِلُ ↔ يَحسِبُ (I)


Bisa lihat "rumus sakti" untuk mempermudah.

 

بَارَكَ اللّٰهُ فِيْكُمْ وَمَعَكُمُ النَّجَاحُ وَ جَاهِدُوْا

 

Dars 9 - Mengenal 35 Wazan Tashrif



بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

 

 

DARS 9 - Mengenal 35 Wazan Tashrif

 

Wazan-Wazan Tashrif

Tashrif memiliki 35 wazan (bab). Dari 35 bab ini yang berlaku umum hanya 22 wazan, yang terbagi menjadi 4 kelompok, yaitu: 
  • 6 wazan kelompok tsulatsy mujarrad. Contoh: كَرُمَ 
  • 12 wazan kelompok tsulatsy mazid. Contoh: أَكرَمَ 
  • 1 wazan kelompok ruba'iy mujarrad. Contoh: دَحرَجَ 
  • 3 wazan kelompok ruba'iy mazid. Contoh: تَدَحرَجَ
 
Keterangan:
Tsulatsy yaitu kelompok kata kerja yang tersusun dari 3 huruf asli.
Ruba'iy yaitu kelompok kata kerja yang tersusun dari 4 huruf asli.
Mujarrad yaitu kelompok kata kerja tanpa adanya huruf tambahan apapun selain huruf aslinya.
Mazid yaitu kelompok kata kerja yang memiliki huruf tambahan selain huruf aslinya.
 
Tambahan: 
Tsulatsy Mujarrad memiliki 6 bab (wazan): (*) 
 

Bab 1: (A-U)

Fi'il Madhy = فَعَلَ (telah melakukan) 
Fi'il Mudhari = يَفعُلُ sedang melakukan) 
Mashdar = فَعلًا (perbuatan) 
Isim Fa'il = فَاعِلٌ (orang yang melakukan) 
Isim Maf'ul = مَفعُولٌ (yang dilakukan) 
Fi'il Amar = أُفعُل (lakukanlah!) 
Fi'il Nahiy = لَاتَفعُل (jangan kamu lakukan!)
 

Bab 2: (A-I)

Fi'il Madhy = فَعَلَ 
Fi'il Mudhari = يَفعِلُ 
Mashdar = فَعلًا 
Isim Fa'il = فَاعِلٌ  
Isim Maf'ul = مَفعُولٌ 
Fi'il Amar = إِفعِل 
Fi'il Nahiy = لَاتَفعِل 
 

Bab 3: (A-A)

Fi'il Madhy = فَعَلَ 
Fi'il Mudhari = يَفعَل 
Mashdar = فَعلًا 
Isim Fa'il = فَاعِلٌ  
Isim Maf'ul = مَفعُولٌ 
Fi'il Amar = إِفعَل 
Fi'il Nahiy = لَاتَفعَل 
 

Bab 4: (I-A)  

Fi'il Madhy = فَعِلَ 
Fi'il Mudhari = يَفعَلُ 
Mashdar = فَعلًا 
Isim Fa'il = فَاعِلٌ  
Isim Maf'ul = مَفعُولٌ 
Fi'il Amar = إِفعَل 
Fi'il Nahiy = لَاتَفعَل 
 

Bab 5: (U-U)  

Fi'il Madhy = فَعُلَ 
Fi'il Mudhari = يَفعُلُ 
Mashdar = فَعلًا 
Isim Fa'il = - 
Isim Maf'ul = - 
Fi'il Amar = - 
Fi'il Nahiy = - 
 

Bab 6: (I-I)  

Fi'il Madhy = فَعِلَ 
Fi'il Mudhari = يَفعِلُ 
Mashdar = فَعلًا 
Isim Fa'il = فَاعِلٌ  
Isim Maf'ul = مَفعُولٌ 
Fi'il Amar = إِفعِل 
Fi'il Nahiy = لَاتَفعِل 
 
Tidak semua bentuk mashdar mengikuti wazan فَعلًا , tetapi kebanyakan bentuk mashdar mengikuti wazan ini. Mashdar memiliki pola tersendiri. 
 
Bab 5 tidak memiliki isim fa'il, isim maf'ul, fi'il amar, dan fi'il nahiy karena terdiri dari kumpulan kata yang memiliki makna seperti kata sifat, tetapi secara kedudukan adalah kata kerja. Misal: حَسُنَ (baik).
 
(*) akan dibahas satu per satu dalam pelajaran yang akan datang

 

بَارَكَ اللّٰهُ فِيْكُمْ وَمَعَكُمُ النَّجَاحُ وَ جَاهِدُوْا

 

Hidayah Itu Bukan Ditunggu Tapi Diusahakan



 

Hidayah Itu Bukan Ditunggu Tapi Diusahakan

   

Sahabat pasti sudah sering banget dengar yang namanya “hidayah” kan? 
Tau gak sih, ternyata “hidayah” itu bisa menghalangi kita untuk menjadi orang baik. 
Loh kok bisa?  

Pernah gak sahabat dengar orang bilang begini:
“saya mau hijrah nih, tapi saya belum dapet hidayah”
“saya bukannya gak mau pake hijab, tapi saya belum dapet hidayah aja sekarang”
“saya masih suka malas shalat, do’akan ya semoga saya segera dapet hidayah”
Lagi-lagi “hidayah” kita jadikan kambing hitam. 

Lalu sebenarnya apa sih hidayah itu? Simple, hidayah adalah petunjuk. 
Lantas kenapa kebanyakan orang seolah-olah menunggu datangnya hidayah, padahal sudah jelas-jelas Allah telah menurunkan hidayah itu kepada kita. Allah SWT. berfirman:
“...Dan Kami turunkan Kitab (Al-Qur’an) kepadamu untuk menjelaskan segala sesuatu, sebagai petunjuk, serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (muslim)”. (QS. An-Nahl [16]: 89) 

Jadi hidayah itu sudah ada dan sisanya akan muncul ketika kita mengambil tindakan. 
Ada sebuah analogi seperti ini:
Kalau seandainya kita mau pergi naik mobil malam-malam, tidak ada lampu sama sekali sehingga jalanan menjadi gelap sekali. Lalu pertanyaannya kita bakalan bisa sampai gak ke tujuan kita? Salah satu cara agar kita bisa sampai ke tujuan yaitu nyalakan lampunya dan maju mobilnya agar jalannya kelihatan dan kita bisa sampai tujuan. Kalau kita tetap diam di mobil dan terus disitu-situ saja, jalannya gak akan kelihatan-kelihatan. 

Artinya hidayah itu akan muncul ketika kita sudah action.
Tapi kebanyakan orang disekeliling kita sekarang, mereka terlalu banyak mikir untuk kemudian bisa action atau taat, sehingga menunda-nunda untuk berubah menjadi baik. 
Bilangnya: “kalau gini nanti gitu.. kalau gitu nanti gini”, padahal sebenarnya itulah perintah sekaligus hidayah (petunjuk) yang diberikan Allah agar kita bisa sampai kepada tujuan kita yaitu Surga Allah. 

Maka dari itu, hidayah itu bukan ditunggu tapi diusahakan. Dan sekarang permasalahannya bagaimana usaha kita untuk mendapatkan hidayah yang mengantarkan kita kepada tujuan hidup kita. Usaha yang kita lakukan tidak lain haruslah senantiasa bertanya dan berkumpul dengan orang-orang yang tepat. Kalau kita ingin menjadi orang yang baik, berkumpullah dengan orang-orang yang baik. Rasulullah SAW. bersabda: “Seseorang itu tergantung agama temannya, maka lihatlah dengan siapa ia berteman” (HR. At-Tirmidzi dan Abu Dawud) 

Disamping itu, Allah SWT. berfirman:
“...Barangsiapa diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk, dan barangsiapa disesatkan-Nya, maka engkau tidak akan mendapatkan seorang penolong yang dapat memberi petunjuk kepadanya” (QS. AL-Kahf [18]: 17) 

“...Sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki...” (QS. Fathir [35]: 8) 

Loh, memangnya ada orang yang Allah tidak kehendaki untuk mendapat petunjuk?
Ada 3 golongan yang tidak akan mendapatkan petunjuk dari Allah SWT., yaitu: 

1. Orang Kafir 
“...Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir (TQS. Al-Baqarah [2]: 264) 
“... Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir (TQS. Al-Maidah [5]: 67) 
“...Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir (TQS. At-Taubah [9]: 37)
“...dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang kafir (TQS. An-Nahl [16]: 107)

2. Orang Fasik  
“...Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik” (TQS. Al-Ma’idah [5]: 108)
“...Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik” (TQS. At-Taubah [9]: 25)
“...Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik” (TQS. At-Taubah [9]: 24)
“...Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik” (TQS. Ash-Shaff [61]: 5)
“...Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik” (TQS. Al-Munafiqun [63]: 6) 

3. Orang Dzalim  
“...Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang dzalim” (TQS. Al-Baqarah [2]: 258)
“...Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang dzalim” (TQS. Al-Ma’idah [5]: 51)
“...Allah tidak akan memberi petunjuk kepada orang-orang yang dzalim” (TQS. Al-An’am [6]: 144)
“...Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang dzalim” (TQS. Al-Qashash [28]: 50)
“...Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang dzalim” (TQS. Al-Ahqaf [46]: 10)
“...Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang dzalim” (TQS. Ash-Shaff [61]: 7)
“...Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang dzalim” (TQS. Al-Jumu’ah [62]: 5)

Lalu apa perbedaan orang kafir, fasik, dzalim? 
  • Orang kafir ada dua yaitu Ahli Kitab (Nasrani dan Yahudi) dan orang yang musyrik (yang menganut agama-agama lain). Allah SWT.  berfirman: “Orang-orang yang kafir dari golongan Ahli Kitab dan orang-orang musyrik...” (TQS. Al-Bayyinah [98]: 1)
  • Orang fasik yaitu orang yang tidak bisa mengambil pelajaran dari perumpamaan yang Allah berikan. Atau orang yang sudah tau yang baik dan buruk tapi tetap melakukan yang buruk, serta orang-orang yang tidak percaya dengan janji Allah.
  • Orang dzalim yaitu orang yang tidak adil atau orang yang tidak amanah.  
Kenapa 3 golongan ini tidak mendapat petunjuk dari Allah? Karena ketiganya mempunyai kesamaan, yaitu mereka sama-sama disebutkan dalam Al-Qur’an sebagai orang tidak mau memakai aturan Allah. Seperti yang disebutkan dalam firman Allah SWT.:

“...Barangsiapa tidak memutuskan dengan apa yang diturunkan Allah, maka mereka itulah orang-orang kafir (TQS. Al-Ma’idah [5]: 44)

“...Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itulah orang-orang dzalim (TQS. Al-Ma’idah [5]: 45)

“...Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itulah orang-orang fasik (TQS. Al-Ma’idah [5]: 47)

Sehingga agar hidayah itu sampai kepada kita, maka kita jangan sampai termasuk ke dalam golongan orang-orang kafir, fasik serta dzalim.

Dan perlu kita ketahui bahwasanya hidayah itu ada tiga, yaitu:
 

Hidayah Al-Khalqi  

Yaitu hidayah yang turun bersama penciptaan manusia yaitu berupa akal. Allah SWT.  berfirman: 
Telah kami tunjukkan kepadanya dua jalan hidup (baik dan buruk)” (QS. Al-Balad [90]: 10)
Berdasarkan ayat diatas inilah sehingga kita diberi akal oleh Allah untuk memilih antara jalan yang baik atau yang buruk.

Hidayah Al-Irsyad wa Al-Bayan  

Yaitu hidayah berupa wahyu yang telah diturunkan Allah kepada Rasulullah SAW. yakni Al-Qur’an dan Sunnah.
Allah SWT. berfirman:
“Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar, untuk memenangkannya di atas segala agama meskipun orang-orang musyrik membencinya” (TQS. Ash-Shaff [61]: 9)

Hidayah Taufiq

Yaitu hidayah yang belum diturunkan, sehingga senantiasa terus kita minta sama Allah.
Allah berfirman:  
“Tunjukilah kami jalan yang lurus” (TQS. Al-Fatihah [1]: 6)

Lalu bagaimana hubungan ketiga hidayah tersebut? 
Ketika akal kita digunakan untuk memikirkan Al-Qur’an dan Sunnah maka Allah akan turunkan hidayah taufiq, tetapi selama akalnya tidak dipakai untuk memurnikan Al-Qur’an dan Sunnah maka Allah tidak akan menurunkan hidayah taufiq-Nya.
Jadi, benarlah kalau hidayah itu bukan ditunggu tapi diusahakan. 

Wallahu’alam bish-shawab

Rabu, 24 Agustus 2016

Syariah Is Trust





SYARIAH IS TRUST

 

Allah SWT. berfirman: 
Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi, dan gunung-gunung, tetapi semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir tidak akan melaksanakannya (berat), lalu dipikullah amanat itu oleh manusia. Sungguh, manusia itu sangat zalim dan sangat bodoh; sehingga Allah akan mengazab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, orang-orang musyrik laki-laki dan perempuan. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang”.
(TQS. Al-Ahzab [33] ayat 72-73)


Bagaimana ketika sahabat membaca ayat diatas?
Merasa kerenkah? Secara, kita sebagai manusia menerima amanah yang mana langit, bumi dan gunung-gunung pun enggan menerimannya. Sudah pasti amanah ini bukanlah amanah yang ringan. Amanah apa sih yang Allah SWT. berikan untuk kita manusia?

Al-‘Aufi berkata dari Ibnu ‘Abbas: “Yang dimaksud dengan al-Amanah adalah ketaatan” sedangkan ‘Ali bin Abi Thalhah berkata dari Ibnu ‘Abbas: “Amanah adalah kewajiban-kewajiban yang diberikan oleh Allah SWT.

Nah sahabat, itu loh amanah yang harus kita tunaikan. Kita sebagai manusia harus senantiasa taat kepada SYARIAH yaitu senantiasa menjalankan segala yang diperintahkan oleh Allah SWT. dan menjauhi segala yang dilarang-Nya. Dengan konsekuensi, ketika kita taat maka kita akan mendapat balasan berupa pahala. Sedangkan ketika kita ingkar maka azab-Nya lah yang akan kita dapat. Simple 

Sahabat pilih mana? Pasti pilih untuk taat kan.
Namun, sudahkan kita menjalankan amanah itu dengan sempurna?
Atau sahabat masih bingung untuk menunaikan amanah ini?
Tidak usah bingung, gusar, risau apalagi galau, Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang telah menurunkan tuntunan untuk kita yaitu Al-Qur’an Al-Karim yang terpelihara sampai akhir zaman. “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur’an, dan pasti Kami (pula) yang memeliharanya” (TQS. Al-Hijr [15]: 9). Kemudian Allah SWT. pun telah mengutus Rasulullah SAW. sebagai suri teladan untuk kita yang bisa kita lihat dalam Sunnahnya.

Lalu sudahkah kita jadikan Al-Qur’an dan Sunnah sebagai tuntunan hidup dalam mencapai ketaatan kita? *renungkanlah sahabat 

Sebagaimana Allah SWT. telah berfirman:
“Hanya ucapan orang-orang mukmin, yang apabila mereka diajak kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul memutuskan (perkara) diantara mereka, mereka berkata, “Kami mendengar, dan kami taat”. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung. Dan barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya serta takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, mereka itulah orang-orang yang mendapat kemenangan” (TQS. An-Nur [24]: 51-52)

Sudahkah kita menjadi bagian dari orang-orang yang beruntung dan mendapat kemenangan tersebut?
Jangan sampai kita termasuk ke dalam orang-orang yang munafik dan musyrik, yang mendapat azab dari Allah sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Ahzab ayat 73 diatas. Orang munafik adalah orang yang menampakkan keimanan karena takut kepada kaum mukmin dan menyembunyikan kekufurannya untuk mengikuti kaum kafir. Sedangkan orang musyrik adalah orang yang lahir dan batinnya menyekutukan Allah dan menyelesihi rasul-Nya. Demikian penjelasan Ibnu Katsir dalam tafsirnya. Orang munafik dan orang musyrik, keduanya adalah orang-orang yang mengkhianati amanah dari Allah SWT.

Maka jadilah kita sebagai orang yang mukmin yang senantiasa bertaubat kepada Allah Yang Maha Pengampun, mereka adalah orang-orang yang menjaga, memelihara dan menunaikan amanah dari Allah SWT. 

Wallahu’alam bishshawab

Dars 8 - Mengenal Tashrif & Wazan



بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

 

 

DARS 8 - Mengenal Tashrif & Wazan

 

Wazan

Wazan memiliki makna timbangan, acuan, atau rumus. Wazan adalah suatu rumus baku, dimana setiap kata kerja nantinya akan masuk ke salah satu dari wazan yang ada. Wazan ilmu sharaf yang akan digunakan adalah kata فَعَلَ dengan segala bentuknya.

Mauzun

Mauzun adalah kata yang dibandingkan dan disandingkan dengan wazan. Misalnya: كَتَبَ adalah mauzun dari wazan فَعَلَ dan يَكتُبُ adalah mauzun dari wazan يَفعُلُ.

Tashrif

Tashrif adalah perubahan kata dari bentuk asal (kata kerja) menjadi bentuk-bentuk yang lain. Secara sederhana, ilmu sharaf adalah ilmu yang mempelajari tashrif.

Secara umum, satu kata kerja berubah menjadi jenis perubahan kata sebagai berikut:
1. Fi'il Madhy (kata kerja lampau)
2. Fi'il Mudhari (kata kerja sekarang)
3. Mashdar (kata benda)
4. Isim Fa'il (subjek/pelaku)
5. Isim Maf'ul (objek)
6. Fi'il Amar (kata kerja perintah)
7. Fi'il Nahiy (kata kkerja larangan)

8. Isim Zaman (kata penunjuk waktu), Isim Makan (kata penunjuk tempat), Isim Alat (nama alat).

Jenis tashrif: 

Tashrif Ishtilahy (التَصرِيفُ الإِصطِلاَحِي) 

Yaitu perubahan kata yang didasarkan pada perbedaan bentuk katanya.
 

Tashrif Lughawi (التَصرِيفُ اللُّغَوِي) 

Yaitu perubahan  yang didasarkan pada perubahan jumlah  jenis pelakunya.

بَارَكَ اللّٰهُ فِيْكُمْ وَمَعَكُمُ النَّجَاحُ وَ جَاهِدُوْا